Ada rasa sedih di pertengahan bulan Maret 2020, saat diumumkannya semua kegiatan belajar terpaksa harus dihentikan di gedung sekolah. Di sisi lain ada juga rasa tertantang kala itu.  Situasi ini menjadi sangat menantang karena artinya pembelajaran akan dilakukan secara jarak jauh yang kemudian disebut dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan memanfaatkan teknologi. 


Masa Pandemi Covid-19, seperti yang kita alami  bersama, terjadi di hampir di seluruh permukaan bumi ini yang disebabkan oleh virus corona. Keadaan ini bahkan menjadikan krisis global yang menimpa hampir semua sektor kehidupan, tidak terkecuali bidang pendidikan. Proses kegiatan belajar mengajar yang seyogyanya berlangsung secara tatap muka antara pendidik dan peserta didik di dalam gedung sekolah, terpaksa harus dihentikan. Hal ini bertujuan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19

Sementara itu  menurut UUD 1945 pasal 31 menyatakan bahwa semua warga negara berhak mendapat pendidikan. itu artinya . Sebanyak 44 juta lebih peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah di seluruh sekolah Indonesia harus tetap mendapatkan hak belajar tanpa datang ke sekolah. Melalui Pembelajaran Jarak Jauh  (PJJ) kegiatan belajar tetap dapat diselengaarakan. PJJ ini menggunakan moda daring dengan memanfaatkan gawai yang dilengkapi dengan paket data/kuota serta sinyal yang memadai. Dengan demikian peserta didik dapat terus melaksanakan pembelajaran di rumah mereka masing-masing begitu pula para pendidik mengajar dari rumah masing-masing.

Jika kita flashback atau mundur ke belakang, ada  salah satu kutipan dari tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara ”Jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan Jadikan setiap orang sebagai guru”. Dari kutipan beliau kita dapat simpulkan bahwa pendidikan tidak berhenti hanya di bangunan sekolah saja, tapi juga di rumah, di lingkungan dan dimana-mana. Di masa pandemi ini pilihannya adalah  rumah menjadi tempat yang paling aman untuk berlangsungnya proses pembelajaran sebagai pengganti sekolah. Sedangkan orangtua menjadi perpanjangan tangan pendidik untuk mendampingi putra-putrinya. Orang tua juga membantu terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang disampaikan para Pendidik secara daring. Semua bersinergi, bergotong royong agar pendidikan untuk generasi mendatang terus berlangsung.

 Tantangan selama pembelajaran jarak jauh adalah memasukan teknologi di dalamnya. Menggunakan teknologi dapat menjadi jembatan yang melintas di keterbatasan ruang dan waktu antara pendidik dan peserta didik. Kalau boleh jujur ide  melaksanakan pembelajaran daring sudah terlintas di angan-angan sejak 5 tahun yang lalu. Saat itu gawai belum secanggih sekarang. Pengalaman yang dilihat sendiri dulu itu, betapa anak-anak, para remaja khususnya, termasuk anak saya sendiri  sulit sekali berpaling dari teknologi mereka senang sekali memainkan gawainya. Maka saya berpikir bahwa berpikir bahwa saya harus dapat memasukan pendidikan melalui teknologi. Dengan kata lain  saya akan “mencuri kesenangan” mereka. Saya harus cari cara mentransfer pengetahuan dengan cara yang mereka sukai yaitu melalui gawai, berarti menggunakan teknologi itu sendiri.

Ternyata keinginan dan angan-angan itu didengar oleh Yang Maha Kuasa.  Alhamdulillah saya beruntung sekali mendapat kesempatan untuk menambah kemampuan di Malaysia pada tahun 2015. Saya dapatkan ilmu tentang  Mobile Learning and Social Networking,kemudian saya lanjutkan mengikuti pembelajaran jarak jauh melalui Massive Open Online Course (MOOC) di Universiti Kebangsaan Malaysia tentang Rethinking Teaching Redesigning Learning. 

MTCP 2015 Mobile Learning And Social Networking Closing Ceremony  

10 September 2015


                            Dok. kegiatan belajar menggunakan teknologi

Kedua materi yang sangat membuka pikiran saya saya tentang bagaimana mempersiapkan pendidikan untuk generasi di abad 21. Sejak saat situ maka semakin bertambah kuat keyakinan  saya bahwa di masa depan dunia digital atau teknologi banyak berpengaruh untuk dunia pendidikan. Apalagi ketika saya merasakan dan mengalami sendiri bahwa pembelajaran daring itu ternyata bagus dan banyak memberikan hasil nyata untuk membantu kesulitan belajar peserta didik saya.


Making Funny Cows




 contoh video untuk flipped classroom 

Sayangnya, saat itu praktik baik saya kurang mendapat respon dari teman-teman saya  dulu. Maka  saya putuskan saat itu untuk tetap berjuang sendiri, seperti pepatah “jika kamu tidak dapat mengubah dunia, maka ubahlah duniamu sendiri”. Jadi saya hanya bisa menerapkan kepada peserta didik di kelas saya sendiri yang berusia sekitar 7-8 tahun didampingi ortu dan classrule. Kami sudah melakukan Blended Learning. Setiap harinya kami tetap menjalani tatap muka di kelas namun saya tetap menyiapkan pembelajaran daring baik digunakan sebagai Flipped Classroom atau penguatan. 

My happy family by Zahra 1C

Hasil Blended Learning tahun 2016


Keinginan yang sangat kuat untuk mensosialisikan penggunaan teknologi kepada rekan kerja sesama pendidik menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Keadaan dimana sangat saya impikan dulu. Alhamdulillah sekarang sebagai imbas atau kita bisa katakan sisi positif  dari situasi pandemi,  banyak sekali para  pendidik berburu mengikuti dari webinar satu ke webinar lainnya. Mereka memiliki keinginan kuat agar dapat membuat media pembelajaran digital dan menguasai teknologi.

Di saat pendidik lain mengikuti webinar-webinar, kegiatan saya adalah mensosialisasikan manfaat literasi digital  itu sendiri. Membimbing rekan kerja di sekolah dan juga di wilayah secara tatap muka. Tawaran untuk sharing secara virtual tentang pengalaman mengajar  juga dilakukan, baik dari dalam maupun luar negeri. Ini sangat menantang. Mengajak dan mempengaruhi orang lain untuk “melek teknologi”, terutama buat generasi X maupun Y.    Berikut ini adalah link kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka mensosialisasikan penggunaan teknologi dalam acara internasional.  

https://adaptconvention.com/search/label/berita




Dok. kegiatan berbagi luring dan daring


           Pada prinsipnya pembelajaran daring yang baik seharusnya menciptakan komunikasi dua arah dimana peserta didik dapat merasakan kehadiran gurunya, interaksi sosial dengan siswa lainnya,tanpa mengurangi isi materi, menurut seorang ahli pendidikan Borje Holmberg.

 Hal ini dapat dilakukan dengan Asynchronous dan Synchronous. Synchronous atau  interaksi akademik terjadi secara real time melalui tatap muka virtual melalui Google Meet, panggilan video melalui WhatsApp, ataupun Zoom Meeting. Di sinilah kehadiran pendidik dapat dirasakan langsung. Untuk Asynchronous dengan memanfaatkan Learning Management System maka terjadi interaksi akademik secara tidak bersamaan, disiapkan juga forum sebagai interaksi sosial antara pendidik dan peserta didik, dan antar peserta didik satu sama lain. Mereka saling berdiskusi atau memberi komentar. Melalui LMS ini penyampaian konten materi juga lebih leluasa karena semuanya tersimpan di udara tanpa membuat penuh memory telepon seluler peserta didik maupun pendidik. Ada beberapa Learning Management System yang dimanfaatkan selama masa pandemi ini  seperti kelas Google Classroom, Moodle, Blendspace, Schoology, Blackboard, Udemy, dan lainnya.


                                                   Dok. Zoom meeting 


                                             Dok. LMS Google Classroom

    Untuk mengecek kehadiran siswa juga dapat dilakukan melalui Google form. Bahkan pemilihan pengurus kelas pun dapat dilakukan secara daring menggunakan Menti.Com, Poll Everywhere, Sli.do sebagai contohnya. Latihan soal juga banyak sekali aplikasi yang digunakan oleh para pendidik. Aplikasi tersebut ada yang berupa permainan seperti Kahoot, Quizizz, atau menggunakan Google Form, Sli.do, Socrative, Padlet, Survey Monkey, Edpuzzle, dan masih banyak lagi. Para pendidik dapat membuat presentasi dan video pembelajaran dengan menggunakan berbagai aplikasi online antara lain Powtoon, Canva, Slide Go, Kinemaster, Filmora dan sederet aplikasi lainnya yang dapat dipelajari dengan mudah sekarang ini.

                                         Dok. Contoh Penggunaan Aplikasi dan Hasilnya

Jika kita bicara kendala penggunaan teknologi dalam pembelajaran selama masa pandemi ini, tidak dapat dipungkiri  pasti ada berbagai kendalanya antara lain yaitu gawai, kuota dan sinyal. Masalah yang paling sering muncul adalah pemakaian kuota yang membengkak. Untuk ini pemerintah melalui Kementrian Pendidikan  membagikan paket data kepada para peserta didik  dan pendidik. Portal edukasi Rumah Belajar juga memberikan akses gratis kepada semua pihak dalam mengakses dan mengunduh sumber belajarnya di sana. Bagi yang tidak memiliki gawai, peserta didik dapat belajar melalui siaran TV Belajar dari Rumah, dan tersedia juga  modul-modul bagi mereka yang tidak mempunyai gawai maupun televisi di rumahnya. 

Sekarang para  peserta didik pun belajar membuat untuk membuat foto kolase. Ini digunakan agar tidak terlalu banyak pengiriman dalam mengumpulkan foto tugas ke pendidik. Mereka juga mampu menggabungkan praktek tugasnya dijadikan satu menjadi video yang dilengkapi gambar atau backsound, mengunggah video di kanal Youtube mereka masing-masing sehingga dapat  dijadikan karya mereka.

Di masa sekarang ini anak tidak lagi dituntun atau mengalami pembelajaran dengan yang berpusat pada guru, namun peserta didik diberikan kebebasan cara belajarnya, tujuan belajarnya sehingga mereka mengalami yang namanya merdeka belajar melalui pengalaman belajar yang bermakna. Mereka dapat menggali informasi dari berbagai sumber belajar bahkan berselancar di dunia maya untuk mendapatkan berbagai informasi tersebut.  Informasi yang bermanfaat dapat mereka temukan di sana.  Hal ini bukan berarti peran guru tergantikan oleh teknologi, justru teknologilah yang memperkuat guru..  

            Ada celoteh seorang peserta didik yang menggelitik. Dia berkata: “Dulu kita boleh sekolah tapi ga boleh bawa HP. Sekarang kita boleh bawa HP tapi ga boleh sekolah”.

Lalu, apakah beberapa langkah kemajuan yang sudah kita capai untuk memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran akan hilang atau akan tetap dipertahankan,  jika sekolah sudah kembali normal seperti sebelumnya seperti yang disebut dengan Blended Learning?

Menggunakan teknologi untuk mengembangkan pendidikan secara  luring maupun daring sebaiknya terus dilakukan ke depannya nanti oleh semua karena apapun kendalanya inshaa Allah akan bisa atasi apabila para pendidik mendesain kelasnya dengan tepat. Teknologi hanyalah  adalah alat yang dapat memperkuat pemerolehan hasil dari proses pembelajaran itu sendiri. Cepat atau lambat kita sudah harus beradaptasi dengan teknologi. 

Untuk  melanjutkan atau tidak, saya kembalikan kepada anda semua. Namun  selalu saya saya sampaikan bahwa kita sekarang  perlu belajar menyatu dengan teknologi dalam segala bidang, supaya kita tidak punah.  (ysr)