Menggunakan Teknologi dalam Mengembangkan Pendidikan di Abad 21
Masa Pandemi Covid-19, seperti
yang kita alami bersama, terjadi di hampir
di seluruh permukaan bumi ini yang disebabkan oleh virus corona. Keadaan ini
bahkan menjadikan krisis global yang menimpa hampir semua sektor kehidupan,
tidak terkecuali bidang pendidikan. Proses kegiatan belajar mengajar yang
seyogyanya berlangsung secara tatap muka antara pendidik dan peserta didik di
dalam gedung sekolah, terpaksa harus dihentikan. Hal ini bertujuan untuk
memutus rantai penyebaran Covid-19.
Sementara
itu menurut UUD 1945 pasal 31 menyatakan
bahwa semua warga negara berhak mendapat pendidikan. itu artinya . Sebanyak 44
juta lebih peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah di seluruh sekolah
Indonesia harus tetap mendapatkan hak belajar tanpa datang ke sekolah. Melalui Pembelajaran
Jarak Jauh (PJJ)
kegiatan belajar tetap dapat diselengaarakan. PJJ ini menggunakan moda daring dengan
memanfaatkan gawai yang dilengkapi dengan paket data/kuota serta sinyal yang
memadai. Dengan demikian peserta didik dapat terus melaksanakan pembelajaran di
rumah mereka masing-masing begitu pula para pendidik mengajar dari rumah
masing-masing.
Jika kita flashback atau mundur ke belakang,
ada salah satu kutipan dari tokoh
pendidikan Ki Hajar Dewantara ”Jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan
Jadikan setiap orang sebagai guru”. Dari
kutipan beliau kita dapat simpulkan bahwa pendidikan tidak berhenti hanya di
bangunan sekolah saja, tapi juga di rumah, di lingkungan dan dimana-mana. Di
masa pandemi ini pilihannya adalah rumah
menjadi tempat yang paling aman untuk berlangsungnya proses pembelajaran
sebagai pengganti sekolah. Sedangkan orangtua
menjadi perpanjangan tangan pendidik untuk mendampingi putra-putrinya. Orang
tua juga membantu terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang disampaikan para
Pendidik secara daring. Semua bersinergi, bergotong royong agar pendidikan
untuk generasi mendatang terus berlangsung.
Tantangan selama pembelajaran jarak
jauh adalah memasukan teknologi di dalamnya. Menggunakan teknologi dapat
menjadi jembatan yang melintas di keterbatasan ruang dan waktu antara pendidik
dan peserta didik. Kalau boleh jujur ide
melaksanakan pembelajaran daring sudah terlintas di angan-angan sejak 5 tahun
yang lalu. Saat itu gawai belum secanggih sekarang. Pengalaman yang dilihat
sendiri dulu itu, betapa anak-anak, para remaja khususnya, termasuk anak saya
sendiri sulit sekali berpaling dari
teknologi mereka senang sekali memainkan
gawainya. Maka saya berpikir bahwa berpikir bahwa saya harus dapat memasukan
pendidikan melalui teknologi. Dengan kata lain saya akan “mencuri kesenangan” mereka. Saya harus
cari cara mentransfer pengetahuan dengan cara yang mereka sukai yaitu melalui
gawai, berarti menggunakan teknologi itu sendiri.
Ternyata keinginan dan angan-angan itu didengar oleh Yang Maha Kuasa. Alhamdulillah saya beruntung sekali mendapat kesempatan untuk menambah kemampuan di Malaysia pada tahun 2015. Saya dapatkan ilmu tentang Mobile Learning and Social Networking,kemudian saya lanjutkan mengikuti pembelajaran jarak jauh melalui Massive Open Online Course (MOOC) di Universiti Kebangsaan Malaysia tentang Rethinking Teaching Redesigning Learning.
MTCP 2015 Mobile Learning And Social Networking Closing Ceremony
10 September 2015
Dok. kegiatan belajar menggunakan teknologi
Kedua materi yang sangat membuka pikiran saya saya tentang bagaimana mempersiapkan pendidikan untuk generasi Z di abad 21. Sejak saat situ maka semakin bertambah kuat keyakinan saya bahwa di masa depan dunia digital atau teknologi banyak berpengaruh untuk dunia pendidikan. Apalagi ketika saya merasakan dan mengalami sendiri bahwa pembelajaran daring itu ternyata bagus dan banyak memberikan hasil nyata untuk membantu kesulitan belajar peserta didik saya.
Making Funny Cows
contoh video untuk flipped classroom
Sayangnya, saat itu praktik baik saya kurang mendapat respon dari teman-teman saya dulu. Maka saya putuskan saat itu untuk tetap berjuang sendiri, seperti pepatah “jika kamu tidak dapat mengubah dunia, maka ubahlah duniamu sendiri”. Jadi saya hanya bisa menerapkan kepada peserta didik di kelas saya sendiri yang berusia sekitar 7-8 tahun didampingi ortu dan classrule. Kami sudah melakukan Blended Learning. Setiap harinya kami tetap menjalani tatap muka di kelas namun saya tetap menyiapkan pembelajaran daring baik digunakan sebagai Flipped Classroom atau penguatan.
My happy family by Zahra 1C
Hasil Blended Learning tahun 2016
Keinginan yang
sangat kuat untuk mensosialisikan penggunaan teknologi kepada rekan kerja
sesama pendidik menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Keadaan dimana sangat
saya impikan dulu. Alhamdulillah
sekarang sebagai imbas atau kita bisa katakan sisi positif dari situasi pandemi, banyak sekali para pendidik berburu mengikuti dari webinar satu
ke webinar lainnya. Mereka memiliki keinginan kuat agar dapat membuat media
pembelajaran digital dan menguasai teknologi.
Di
saat pendidik lain mengikuti webinar-webinar, kegiatan saya adalah
mensosialisasikan manfaat literasi digital itu sendiri. Membimbing rekan kerja di sekolah
dan juga di wilayah secara tatap muka. Tawaran untuk sharing secara virtual tentang pengalaman mengajar juga dilakukan, baik dari dalam maupun luar
negeri. Ini sangat menantang. Mengajak dan mempengaruhi orang lain untuk “melek
teknologi”, terutama buat generasi X maupun Y.
https://adaptconvention.com/search/label/berita
Pada prinsipnya pembelajaran daring yang baik seharusnya menciptakan komunikasi dua arah dimana peserta didik dapat merasakan kehadiran gurunya, interaksi sosial dengan siswa lainnya,tanpa mengurangi isi materi, menurut seorang ahli pendidikan Borje Holmberg.
Hal ini dapat dilakukan dengan Asynchronous dan Synchronous. Synchronous atau interaksi akademik terjadi secara real time melalui tatap muka virtual melalui Google Meet, panggilan video melalui WhatsApp, ataupun Zoom Meeting. Di sinilah kehadiran pendidik dapat dirasakan langsung. Untuk Asynchronous dengan memanfaatkan Learning Management System maka terjadi interaksi akademik secara tidak bersamaan, disiapkan juga forum sebagai interaksi sosial antara pendidik dan peserta didik, dan antar peserta didik satu sama lain. Mereka saling berdiskusi atau memberi komentar. Melalui LMS ini penyampaian konten materi juga lebih leluasa karena semuanya tersimpan di udara tanpa membuat penuh memory telepon seluler peserta didik maupun pendidik. Ada beberapa Learning Management System yang dimanfaatkan selama masa pandemi ini seperti kelas Google Classroom, Moodle, Blendspace, Schoology, Blackboard, Udemy, dan lainnya.
Dok. Zoom meeting
Dok. LMS Google Classroom
Untuk mengecek kehadiran siswa juga dapat dilakukan melalui Google form. Bahkan pemilihan pengurus kelas pun dapat dilakukan secara daring menggunakan Menti.Com, Poll Everywhere, Sli.do sebagai contohnya. Latihan soal juga banyak sekali aplikasi yang digunakan oleh para pendidik. Aplikasi tersebut ada yang berupa permainan seperti Kahoot, Quizizz, atau menggunakan Google Form, Sli.do, Socrative, Padlet, Survey Monkey, Edpuzzle, dan masih banyak lagi. Para pendidik dapat membuat presentasi dan video pembelajaran dengan menggunakan berbagai aplikasi online antara lain Powtoon, Canva, Slide Go, Kinemaster, Filmora dan sederet aplikasi lainnya yang dapat dipelajari dengan mudah sekarang ini.
Jika kita bicara kendala penggunaan teknologi dalam pembelajaran selama masa pandemi ini, tidak dapat dipungkiri pasti ada berbagai kendalanya antara lain yaitu gawai, kuota dan sinyal. Masalah yang paling sering muncul adalah pemakaian kuota yang membengkak. Untuk ini pemerintah melalui Kementrian Pendidikan membagikan paket data kepada para peserta didik dan pendidik. Portal edukasi Rumah Belajar juga memberikan akses gratis kepada semua pihak dalam mengakses dan mengunduh sumber belajarnya di sana. Bagi yang tidak memiliki gawai, peserta didik dapat belajar melalui siaran TV Belajar dari Rumah, dan tersedia juga modul-modul bagi mereka yang tidak mempunyai gawai maupun televisi di rumahnya.
Sekarang para peserta didik pun belajar membuat untuk
membuat foto kolase. Ini digunakan agar tidak terlalu banyak pengiriman dalam mengumpulkan
foto tugas ke pendidik. Mereka juga mampu menggabungkan praktek tugasnya
dijadikan satu menjadi video yang dilengkapi gambar atau backsound, mengunggah video di kanal Youtube mereka
masing-masing sehingga dapat dijadikan karya
mereka.
Di
masa sekarang ini anak tidak lagi dituntun atau mengalami pembelajaran dengan yang
berpusat pada guru, namun peserta didik diberikan kebebasan cara belajarnya,
tujuan belajarnya sehingga mereka mengalami yang namanya merdeka belajar
melalui pengalaman belajar yang bermakna. Mereka dapat menggali informasi dari
berbagai sumber belajar bahkan berselancar di dunia maya untuk mendapatkan
berbagai informasi tersebut. Informasi
yang bermanfaat dapat mereka temukan di sana.
Hal ini bukan berarti peran guru tergantikan oleh teknologi, justru
teknologilah yang memperkuat guru..
Ada celoteh seorang peserta didik yang menggelitik. Dia berkata: “Dulu kita boleh sekolah tapi ga boleh bawa HP. Sekarang kita boleh bawa HP tapi ga boleh sekolah”.
Lalu, apakah beberapa langkah kemajuan yang sudah kita capai untuk
memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran akan hilang atau akan tetap
dipertahankan, jika sekolah sudah kembali normal seperti
sebelumnya seperti yang disebut
dengan Blended Learning?
Menggunakan teknologi untuk mengembangkan pendidikan secara luring maupun daring sebaiknya terus dilakukan ke depannya nanti oleh semua karena apapun kendalanya inshaa Allah akan bisa atasi apabila para pendidik mendesain kelasnya dengan tepat. Teknologi hanyalah adalah alat yang dapat memperkuat pemerolehan hasil dari proses pembelajaran itu sendiri. Cepat atau lambat kita sudah harus beradaptasi dengan teknologi.
Untuk melanjutkan atau tidak,
saya kembalikan kepada anda semua. Namun selalu saya saya sampaikan bahwa kita
sekarang perlu belajar menyatu dengan
teknologi dalam segala bidang, supaya kita tidak punah. (ysr)
8 Komentar
Kebebasan siswa adalah era baru belajar dalam rangka mencapai kemajuan ya Bu. Keren.
BalasHapusSalam Bu😊
Kebebasan dalam hal memberi arti dan pengalaman belajar yang lebih bermakna.
HapusSalam kenal
Terima kasih
Pengalaman luar biasa yang tertuang apik dalam tulisan...sangat menginspirasi dan menjadi penggugah semangat tuk terus menempa diri...Sukses Bu Yulia
BalasHapusWaaahhh
HapusAda Bu Samini, terima kasih mau direpotkan 😄😄😄🙏🙏🙏😘😘😘❤❤❤
semoga semua siswa dapat beradaptasi, meski tidak cepat
BalasHapusAamiin, harapannya begitu. Namanya adaptasi tidak dapat dipungkiri rada susah move on 🤭🙏
HapusPengalaman yang menarik dikemas dalam tulisan yang rapih !
BalasHapusSalam kenal bu
https://www.guruataya.com/2020/10/dengan-mpi-omat-pembelajaran-semakin.html
wah mantap bu...pembelajarannya berbasis proyek..sehingga melibatkan orangtua....saya dukung bu....https://agus-lab.blogspot.com/2020/10/pembelajaran-berbasis-proyek-dengan.html
BalasHapus